penyelaman dengan
menggunakan
kompresor ban,
keselamatan nyawa
penyelam yang
dibawah permukaan
laut tergantung
kesehatan dan
kestabilan mesin
kompresor yang di
atas kapal. Sedikit
saja operator mesin
kompresor lalai,
maka akan berakibat
fatal bagi penyelam.
Kedua, Lama
penyelaman tidak
terukur, penyelaman
harus menggunakan
tabel waktu yg sudah
standar, berapa lama
penyelaman, berapa
waktu untuk safety
stop dan berapa
waktu istirahat
sebelum penyelaman
berikut harus
terukur. Dalam
tataran praktis
nelayan justru lebih
cenderung mengukur
target hasil
tangkapan. Waktu
penyelaman
bukanlah ukuran
nelayan, asal dirasa
tubuhnya masih
mampu memburu
ikan di dalam sana
maka nelayan akan
terus bekerja sampai
target hasil
tangkapan terpenuhi.
Hal ini tentu saja
mengingat raman
dan perlengkapan
yang diperlukan
nelayan ini juga
cukup mahal jika
dibandingkan dengan
nelayan pancing.
Ketiga, dalam setiap
penyelaman harus
ada safety stops,
dimana kita harus
berhenti di
kedalaman tertentu
sebelum naik ke
permukaan sambil
"melepaskan"
nitrogen yg terhisap
ke dalam aliran
darah. Tanpa
melakukan ini maka
kandungan nitrogen
dalam darah akan
sangat tinggi.
Suatu contoh
misalnya, penyelam
merasa udara yang
dihirup semakin tipis
atau tidak ada sama
sekali karena selang
terlipat, macet atau
matinya mesin
pemompa. Dalam
keadaan ini,
penyelam akan naik
kepermukaan secara
cepat. Kesalahan
prosedur
penyelaman inilah
yang dikenal dengan
nitrogen narcosys.
Nitrogen narcosys ini
jika tidak dipahami
sejak awal akan
menjadi bahaya,
karena yg terkena
akan mengalami
halusinasi berat di
kedalaman air.
Tetapi kadang kala
yang terjadi
masyarakat
menghubungkan
keadaan ini dengan
hal-hal yang berbau
mistis. Seperti
Ketemu air dingin
akhirnya kaki atau
tangan kram,
ketemu binatang-
binatang aneh, Istana
dan penghuninya
lengkap dengan
perabotan yang
masih utuh. Padahal
sebetulnya itu semua
adalah penyakit
Nitrogen narcosys
karena zatnya dingin
dan bikin mabuk
seperti habisminum
arak, kepala pusing
dan bisa pingsan.
Pada penyelam
kompresor ban,
udara yang masuk ke
tabung tidak terfilter
dengan baik
sehingga terjadi CO2
pun bercampur
bersama udara,
bahkan termasuk gas
yang dihasilkan asap
mesin kompresor.
Jika permukaan
konsentrasi dengan
CO2 5-6 % maka
dapat
mengakibatkan sesak
napas, napas cepat,
dan pusing. Pada
kadar 10 %, tekanan
darah turun
menyebabkan
pingsan. Bila kadar
12-14 % terjadi
depresi pernapasan
dan saraf pusat yang
mengakibatkan
kematian. Keracunan
CO2 kerentanan
terhadap narkosis
nitrogen, keracunan
oksigen dan penyakit
dekompresi karena
menyebabkan
pelebaran pori
pembuluh darah.
Gejalanya yaitu
konsentrasi
berkurang, kontrol
otot menurun dan
fungsi motorik
terganggu, serta
kelelahan lalu
pingsan.
Selain itu pengaruh
tekanan sewaktu
muncul ke
permukaan dapat
juga mengakibatkan
pengembangan paru
melewati batas,
Pulmonary
Barotrauma of
Ascent (Pulmonary
OverPressurization
Syndrome) atau
POPS.
Pengembangan
melewati batas pada
paru-paru dapat
terjadi pada
penyelam yang
menyelam yang
melewati tekanan
lebih, dengan
menahan napas tiba-
tiba muncul di
permukaan yang
lebih rendah, yang
akan memecahkan
alveoli (ingat hukum
Boyle). Gelembung
akibat pecahnya
alveoli bergerak ke
bagian tubuh lain
dan gejalanya
tergantung dari
lokasi dan volume
udara yang masuk.
Manifestasinya yaitu
mediastinal
emphysema,
subcutaneous
emphysema,
pneumothorax, dan
emboli udara.
Biasanya penyelam
melakukan hal ini
karena kehabisan
udara, panik,
mengalami bouyancy
positif secara tiba-
tiba seperti melepas
sabuk pemberat atau
inflasi BC secara
cepat.
Manifestasi
pengembangan paru
yang melewati batas
yang paling sering
yaitu mediastinal
emphysema.
Gelembung dari
paru-paru yang
pecah, masuk ke
rongga antara paru-
paru di dekat jantung
dan tenggorokan.
Gejalanya yaitu sakit
di daerah dada
karena udara
menekan jantung,
sesak napas, atau
sakit pada saat
makan. Dapat pula
pingsan. Jika
gelembung-
gelembung udara
bergerak naik ke
daerah leher, di
bawah kulit di sekitar
leher, kalau dipegang
maka kulit terasa
pecah.
Gejalanya yaitu sakit
dan sulit bernapas
pada bagian yang
terkena, napas
pendek dan cepat,
udara dapat
menekan jantung
dan pembuluh darah
menyebabkan
kebiruan.
Jarang sekali terjadi,
jika terjadi berarti
paru-paru pecah,
seperti meletus dan
gelembung udara
langsung memenuhi
rongga udara antara
paru-paru dan
selaput paru
(pleura).
Gejalanya yaitu sakit
dada, karena udara
menekan paru-paru
yang terkena.
Dalam kasus yang
parah dapat terjadi
tension
pneumothorax, yaitu
pneumothorax yang
sangat besar dan
membuat paru-paru
yang terkena kolaps
karena tekanan yang
tinggi. Ini merupakan
keadaan darurat.
Gejalanya yaitu sakit
dada yang berat,
pengembangan dada
tidak sama yaitu
paru yang terkena
agak tertinggal, dan
adanya penekanan
ke trakea menjadi
tidak lurus. Biasanya
terjadi penekanan
jantung sehingga
cepat pingsan.
Penyelam kompresor
ban sangat rawan
terhadap kasus
emboli udara yakni
pecahnya dinding
alveoli yang
menyebabkan udara
masuk dalam
peredaran darah,
akibatnya terjadi
penyumbatan
peredaran darah
oleh gelembung-
gelembung udara
langsung dari paru-
paru.Misalnya, jika
penyelam naik ke
permukaan dari 100
FSW, udara dalam
paru mengembang 4
kali volume awal. Jika
tidak dikeluarkan,
maka menekan paru
dan alveoli pecah
bersaamaan dengan
pecahnya pembuluh
darah. Udara
terbawa ke kapiler
paru dan dibawa ke
ventrikel kiri,
kemudian di pompa
kesuluruh tubuh
lewat arteri. Adanya
kumpulan udara
dalam arteri akan
membentuk
sumbatan sehingga
jaringan kekurangan
oksigen. Jika otak
mengalami hal
tersebut maka akan
berakibat kematian.
Gejalanya yaitu
lemas, pusing,
kelumpuhan/
kelemahan yang
hebat, gangguan
penglihatan, nyeri
dada, kejang-kejang
dan pingsan,
terkadang disertai
busa bercampur
darah di mulut.
Berbeda dengan
emboli udara,
Decompression
sickness terjadi
dimana terbentuknya
gelembung udara di
dalam darah tanpa
mengalami pecahnya
alveoli paru.
Gejalanya lambat
dibanding emboli,
karena gas ini
terbentuk di
pembuluh darah
yang menyebabkan
matinya sel-sel di
jaringan secara
perlahan.
Keempat, lamanya
penyelaman,
kedalaman dan
kestabilan
kedalaman harus
direncanakan secara
seksama sebelum
dilakukan penyelaman.
Penyelam menggunakaN
kompresor ban juga
sangat rentan
terkena keracunan
oksigen. Meskipun
oksigen merupakan
gas yang dibutuhkan
tubuh untuk
metabolisme. Tapi
bila campuran gas
yang dihirup terdiri
dari O2 20 % maka
oksigen yang
terpakai oleh tubuh
adalah hanya 4 % nya
sedangkan 16 %
dihembuskan.
Meskipun
dibutuhkan oleh
tubuh, peningkatan
tekanan parsial
oksigen menyebabkan
keracunan. Sesuai
dengan hukum
Dalton, tekanan yang
tinggi pada
penyelaman
meningkatkan
tekanan parsial
oksigen.
Oleh karena itu jangan menyelam terlalu dalam dan
gunakan udara biasa
yang bersih bukan
O2 murni.
Memperhatikan
bahaya menyelam
menggunakan
kompresor ban
sebagai alat bantu
penangkapan ikan
tersebut.
Untuk kompresor yang
mereka gunakan,
tidak ada jalan lain
selain memberikan
pengertian
bagaimana merawat
kompresor tersebut
sehingga
meminimalkan
kontaminasi yang
mungkin terjadi.
Atau melengkapi
kompresor dengan
filter yang memenuhi
standar penyelaman.
Sumber :
USN Diving Manual
6th edition. Revised
2008
NOAA Diving
Manual. Diving For
Science and
Technology
Pengetahuan
Akademis
Penyelaman SCUBA
Diver. POSSI Jawa
Tengah.
Wilderness Medicine.
Paul S Auerbach.
2002.
Drowning and
Resuscitation.
American Heart
Association. 2005.
Scubadoc.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar