Beban kerja adalah frekuensi rata-rata masing-masing jenis pekerjaan dalam jangka waktu tertentu, dimana dalam memperkirakan beban kerja dari organisasi dapat dilakukan berdasarkan perhitungan atau pengalaman (Peraturan Pemerintah RI Nomor 97 tahun 2000 dalam Nurcahyaningtyas, 2006). Beban kerja perawat adalah seluruh kegiatan / aktifitas yang dilakukan oleh seorang perawat selama bertugas di suatu unit pelayanan keperawatan (Marquish dan huston, 2000 dalam Nurcahyaningtyas, 2006).
Berdasarkan dua pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa beban kerja perawat adalah seluruh kegiatan atau aktifitas yang dilakukan perawat dengan jenis pekerjaan dan beratnya pekerjaan yang ditetapkan dalam satuan waktu  tertentu di suatu unit pelayanan keperawatan.
Beban kerja dapat dibedakan menjadi beban kerja kuantitatif dan kualitatif. Beban kerja kuantitatif menunjukkan adanya jumlah pekerjaan yang besar yang harus dilakukan misalnya jam kerja yang tinggi, derajat tanggung jawab yang besar, tekanan kerja sehari-hari dan sebagainya. Beban kerja kualitatif menyangkut kesulitan tugas yang dihadapi (Putrono, 2002)


Faktor – faktor yang mempengaruhi beban kerja

Beban kerja disebabkan oleh kelebihan beban kerja, yang dibedakan menjadi kelebihan beban kerja secara kuantatif (Quantitative Overload) dan beban kerja secara kualitatif  (Qualitative Overload) (Caplan HI & Sadock BJ, 1973 dalam Putrono, 2002). Kelebihan beban kerja secara kuantitatif mencakup:
  1. Harus melaksanakan observasi pasien secara ketat selama jam kerja
  2. Terlalu banyaknya pekerjaan yang harus dikerjakan
  3. Terlalu beragamnya pekerjaan yang harus dikerjakan
  4. Kontak langsung perawat klien secara terus menerus selama jam kerja
  5. Rasio perawat-klien.
Sedangkan beban kerja secara kualitatif mencakup:
  1. Pengetahuan dan ketrampilan yang dimiliki perawat tidak mampu mengimbangi sulitnya pekerjaan di ruangan
  2. Tanggung jawab yang tinggi terhadap asuhan keperawatan pasien kritis di ruangan
  3. Harapan pimpinan Rumah Sakit terhadap pelayanan yang berkualitas
  4. Tuntutan keluarga pasien terhadap keselamatan pasien
  5. Setiap saat dihadapkan pada pengambilan keputusan yang tepat
  6. Tugas memberikan obat secara intensif
  7. Menghadapi pasien dengan karakteristik tidak berdaya, koma dan kondisi terminal
  8. Tindakan penyelamatan pasien.

Standar beban kerja

Menurut Gillies, 1998, dalam Nurcahyaningtyas, 2006, standar beban kerja perawat sebagai berikut.
Dinas pagi
Jam dinas = 420 menit. Jumlah jam efektif  = 357 menit. Beban kerja : K1=357. K2=714. K3=1071. K4=1428.
Dinas sore
Jam dinas = 420 menit. Jumlah jam efektif = 357 menit. Beban kerja : K1=357. K2=714. K3=1071. K4=1428.
Dinas malam
Jam dinas = 600 menit. Jumlah jam efektif = 510 menit. Beban kerja : K1=510. K2= 1020. K3=1530. K4=2040.

Keterangan :
  1. K1: kategori klien dengan perawatan mandiri dan diberi bobot 1
  2. K2: kategori klien dengan perawatan minimal dan diberi bobot 2
  3. K3: kategori klien dengan perawatan moderat dan diberi bobot 3
  4. K4: kategori klien dengan perawatan ekstensif dan diberi bobot 4
  5. Untuk standar normal beban kerja dinas pagi didapatkan dengan penghitungan sebagai berikut : (K2 + K3)/2 = (714 +1071)/2 = 892,5 unit
  6. Untuk standar normal beban kerja dinas sore adalah 892,5 unit sama dengan dinas pagi karena jam dinasnya sama yaitu tujuh jam (420 menit)
  7. Untuk standar normal beban kerja dinas malam dengan jam dinas 10 jam (600 menit) didapatkan hitungan sebagai berikut : (K2 + K3)/2 = (1020 + 1530)/2 =1275 unit.



Klasifikasi tingkat ketergantungan pasien

Kategori I: Mandiri ( Self Care )

1)      Aktifitas hidup sehari-hari: pemenuhan kebutuhan makan dengan sedikit bantuan, mengurus hampir seluruh kebutuhan sendiri, kebutuhan eliminasi ke kamar mandi sendiri, kadang-kadang perlu bantuan tanpa terjadi inkontinensia, pemenuhan kebutuhan rasa nyaman sendiri.
2)      Kesehatan secara umum baik untuk prosedur diagnostik sederhana atau pembedahan yang sederhana/minor.
3)      Pendidikan kesehatan (health education) dan dukungan emosional secara rutin untuk tiap prosedur, follow up penyuluhan atau discharge planning, tanpa reaksi emosional yang merugikan. Pasien mampu berorientasi terhadap waktu, kondisi fisik dan orang.

 Kategori II: Minimal Care

1)      Aktifitas hidup sehari-hari: pemenuhan kebutuhan makan dibantu dalam menyiapkan makanan, pengaturan posisi, atau anjuran untuk makan, dapat makan sendiri, dapat mengurus kebutuhan yang utama tanpa dibantu atau dengan bantuan minimal, kebutuhan eliminasi dibantu ke kamar mandi atau menggunakan urinal tanpa inkontinensia atau kondisi stress.
2)      Kondisi umum dengan lebih dari satu keluhan sakit, memerlukan monitoring tanda vital, tes urine diabet, menggunakan drainage yang tidak terlalu banyak, atau menggunakan infus.
3)      Penyuluhan/pendidikan kesehatan dan dukungan emosional perlu 5 sampai 10 menit setiap kali masing-masing penyuluhan.
4)      Pengobatan atau medikasi memerlukan waktu 20 sampai 30 menit sekali tindakan.
5)      Perlu evaluasi secara efektif terhadap medikasi (obat-obatan) atau tindakan yang sering dilakukan. Mungkin diperlukan observasi terhadap status mental.

 Kategori III : Moderate Care

1)      Aktifitas hidup sehari-hari: kebutuhan makan dibantu tetapi dapat mengunyah dan menelan sendiri, mengurus kebutuhan dengan bantuan, kebutuhan eliminasi menggunakan pispot/urinal. Kadang-kadang boleh turun, dengan frekuensi inkontinen 2 x sehari setiap shift
2)      Kondisi kesehatan secara umum menunjukkan gejala akut dan dibantu. Monitoring dan evaluasi kondisi fisik atau status emosional setiap 2 sampai 4 jam menggunakan continues drainage atau infus dimana perlu dimonitoring tiap jam.
3)      Pendidikan kesehatan/penyuluhan dan dukungan emosional memerlukan waktu 10 sampai 30 menit setiap kali pendidikan kesehatan. Takut, sangat khawatir atau tergantung pada penyuluhan itu. Pasien mungkin bingung, agitasi atau gelisah, tetapi dapat dikontrol dengan baik oleh obat-obatan, perlu diorientasikan sering atau dipasang pangaman.
4)      Tindakan-tindakan dan obat-obatan memerlukan waktu 30 sampai 60 menit sekali tindakan. Perlu observasi sering untuk efek sampingnya seperti reaksi alergi. Observasi tiap 1 jam untuk status mental pasien.

 Kategori IV: Intensive Care

1)      Aktifitas hidup sehari-hari: tidak dapat memenuhi kebutuhan sendiri, sulit mengunyah dan menelan, kemungkinan menggunakan NGT, dibantu mengurus secara penuh kebutuhan mandi, merawat rambut dan mulut, eliminasi inkontinen lebih dari 2 kali 1 shift, rasa nyaman perlu dibantu, mungkin memerlukan 2 orang.
2)      Kondisi kesehatan umum sangat serius penyakitnya tampak gejala-gejala akut seperti perdarahan atau kehilangan cairan. Terdapat episode acut respiratory. Perlu sering dievaluasi dan dimonitoring.
3)      Pendidikan kesehatan dan dukungan emosional lebih dari 30 menit setiap kali pendidikan kesehatan. Pasien sangat menolak terhadap penjelasan perawat dan sangat menunjukkan reaksi emosional. Pasien bingung, gelisah, agitasi dan tidak dapat dikontrol dengan obat-obatan, sering diorientasikan atau perlu pengaman.
4)      Tindakan dan pemberian obat-obatan memerlukan lebih dari 60 menit setiap kali tindakan. Tindakan kolaborasi dikerjakan lebih dari 1 kali setiap shift atau memerlukan bantuan 2 orang. Perlu observasi lebih sering, yaitu lebih dari 1 kali tiap jam untuk status mental. (Joko Suwito, 2001 dalam Nurcahyaningtyas, 2006).


sumber : NursigBegin.com