gerakan

gerakan
menanam1

Jumat, 29 Maret 2013

Askep Ablasio Retina

Pengertian Ablasio Retina


Ablasio retina terjadi bila ada pemisahan retina neurosensori dari lapisan epitel berpigmen  retina dibawahnya karena retina neurosensori, bagian retina yang mengandung batang dan kerucut, terkelupas dari epitel berpigmen pemberi nutrisi, maka sel fotosensitif ini tak mampu melakukan aktivitas fungsi visualnya dan berakibat hilangnya penglihatan (C. Smelzer, Suzanne, 2002).
Ablasio retina adalah suatu penyakit dimana lapisan sensorik dari retina lepas. Lepasnya bagian sensorik retina ini biasanya hampir selalu didahului oleh terbentuknya robekan atau lubang di dalam retina, lepasnya lapisan saraf retina dari epitelium (P.N Oka, 1993).

Penyebab Ablasio Retina


a.         Malformasi kongenital
b.         Kelainan metabolisme
c.         Penyakit vaskuler
d.         Inflamasi intraokuler
e.         Neoplasma
f.          Trauma
g.         Perubahan degeneratif dalam vitreus atau retina
(C. Smelzer, Suzanne, 2002).

Manifestasi Klinis Ablasio Retina


•           Riwayat melihat benda mengapung atau pendaran cahaya atau keduanya
•           Floater dipersepsikan sebagai titik-titik hitam kecil/rumah laba-laba
•           Pasien akan melihat bayangan berkembang atau tirai bergerak dilapang pandang ketika retina benar-benar terlepas dari epitel berpigmen
•           Penurunan tajam pandangan sentral aau hilangnya pandangan sentral menunjjukkan bahwa adanya keterlibatan makula

Penatalaksanaan


  • Tirah baring dan aktivitas dibatasi
  • Bila kedua mata dibalut, perlu bantuan oranglain untuk mencegah cidera
  • Jika terdapat gelombang udara di dalam mata, posisi yang dianjurkan harus dipertahannkan sehingga gas mampu memberikan tamponade yang efektif pada robekan retina
  • Pasien tidak boleh terbaring terlentang
  • Dilatasi pupil harus dipertahankan untuk mempermudah pemeriksaan paska operasi

Cara Pengobatannya:

•           Prosedur laser
Untuk menangani ablasio retina eksudatif/serosa sehubungan dengan proses yang berhubungan dengan tumor atau inflamasi yang menimbulkan cairansubretina yang tanpa robekan retina.
Tujuannya untuk membentuk jaringan parut pada retina sehingga melekatkannya ke epitel berpigmen.
•           Pembedahan
Retinopati diabetika /trauma dengan perdarahan vitreus memerlukan pembedahan vitreus untuk mengurangi gaya tarik pada retina yang ditimbulkan.
Pelipatan (buckling) sklera merupakan prosedur bedah primer untuk melekatkan kembali retina.
•           Krioterapi transkleral
Dilakukan pada sekitar tiap robekan retina menghasilkan adhesi korioretina yang melipat robekan sehingga cairan vitreus tak mampu lagi memasuki rongga subretina. Sebuah/ beberapa silikon (pengunci) dijahitkan dan dilipatkan ke dalam skler, secara fisik akan mengindensi/melipat sklera, koroid, danlapisan fotosensitif ke epitel berpigmen, menahan robekan ketika retina dapat melekat kembali ke jaringan pendukung dibawahnya, maka fungsi fisiologisnya ormalnya dapat dikembalikan. (C. Smelzer, Suzanne, 2002).

Komplikasi Ablasio Retina


a.         Komplikasi awal setelah pembedahan
  • Peningkatan TIO
  • Glaukoma
  • Infeksi
  • Ablasio koroid
  • Kegagalan pelekatan retina
  • Ablasio retina berulang
b.         Komplikasi lanjut
  • Infeksi
  • Lepasnya bahan buckling melalui konjungtiva atau erosi melalui bola mata
  • Vitreo retinpati proliveratif (jaringan parut yang mengenai retina)
  • Diplopia
  • Kesalahan refraksi
  • Astigmatisme

Pemeriksaan Diagnostik Dan Penunjang

1. Anamnesis
Gejala yang sering dikeluhkan pasien, adalah:
a. Floaters (terlihat benda melayang-layang), yang terjadi karena adanya kekeruhan
di vitreus oleh adanya darah, pigmen retina yang lepas atau degenerasi vitreus itu
sendiri.
b. Fotopsia/ light flashes (kilatan cahaya) tanpa adanya cahaya di sekitarnya, yang
umumnya terjadi sewaktu mata digerakkan dalam keremangan cahaya atau dalam
keadaan gelap.
c. Penurunan tajam penglihatan. Pasien mengeluh penglihatannya sebagian
seperti tertutup tirai yang semakin lama semakin luas. Pada keadaan yang telah
lanjut dapat terjadi penurunan tajam penglihatan yang lebih berat.
2. Pemeriksaan Oftalmologi
a. Pemeriksaan visus, dapat terjadi penurunan tajam penglihatan akibat terlibatnya
makula lutea ataupun terjadi kekeruhan media penglihatan atau badan kaca yang
menghambat sinar masuk. Tajam penglihatan akan sangat menurun bila makula
lutea ikut terangkat.
b. Pemeriksaan lapangan pandang, akan terjadi lapangan pandang seperti tertutup
tabir dan dapat terlihat skotoma relatif sesuai dengan kedudukan ablasio retina,
pada lapangan pandang akan terlihat pijaran api seperti halilintar kecil dan
fotopsia.
c. Pemeriksaan funduskopi, yaitu salah satu cara terbaik untuk mendiagnosis
ablasio retina dengan menggunakan binokuler indirek oftalmoskopi. Pada
pemeriksaan ini ablasio retina dikenali dengan hilangnya refleks fundus dan
pengangkatan retina. Retina tampak keabu-abuan yang menutupi gambaran
vaskuler koroid. Jika terdapat akumulasi cairan bermakna pada ruang subretina,
didapatkan pergerakkan undulasi retina ketika mata bergerak. Suatu robekan pada
retina terlihat agak merah muda karena terdapat pembuluh koroid dibawahnya.
Mungkin didapatkan debris terkait pada vitreus yang terdiri dari darah dan pigmen
atau ruang retina dapat ditemukan mengambang bebas.
3. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan laboratorium dilakukan untuk mengetahui adanya penyakit
penyerta antara lain glaukoma, diabetes mellitus, maupun kelainan darah.
b. Pemeriksaan ultrasonografi, yaitu ocular B-Scan ultrasonografi juga digunakan
untuk mendiagnosis ablasio retina dan keadaan patologis lain yang menyertainya
seperti proliverative vitreoretinopati, benda asing intraokuler. Selain itu
ultrasonografi juga digunakan untuk mengetahui kelainan yang menyebabkan
ablasio retina eksudatif misalnya tumor dan posterior skleritis.
c. Pemeriksaan angiografi fluoresin akan terlihat:
1) Kebocoran didaerah parapapilar dan daerah yang berdekatan dengan
tempatnya ruptur, juga dapat terlihat
2) Gangguan permeabiltas koriokapiler akibat rangsangan langsung badan kaca
pada koroid.
3) Dapat dibedakan antara ablasi primer dan sekunder
4) Adanya tumor atau peradangan yang menyebabkan ablasi

Rencana Asuhan Keperawatan Ablasio Retina


1. 11 Pendekatan Fungsional Gordon
a. Data Klinis
•Data Biografi
Berupa nama pasien, usia, TB, BB, Tanggal masuk, TD, RR, Nadi dan Suhu .
•Keluhan Utama
Pasien biasanya melaporkan:
- Riwayat melihat benda mengapung atau pendaran cahaya atau keduanya.
- Pasien akan melihat bayangan berkembang atau tirai bergerak dilapang
pandang, mengakibatkan pandangan kabur dan kehilangan lapang
pandang.
- Penurunan tajam pandangan sentral atau hilangnya pandangan sentral
menunjukkan bahwa adanya keterlibatan macula.
•Riwayat perjalanan penyakit
- Tanyakan sejak kapan pasien merasa melihat benda mengapung atau
pendaran cahaya atau keduanya.
- Tanyakan sejak kapan pasien melihat bayangan berkembang atau tirai
bergerak dilapang pandang, yang mengakibatkan pandangan kabur.
- Tanyakan sejak kapan pasien mengalami penurunan tajam pandangan
sentral atau hilangnya pandangan sentral.
•Riwayat kesehatan masa lalu
- Apakah klien ada riwayat penyakit diabetes mellitus.
- Apakah pernah mengalami trauma pada mata.
•Riwayat kesehatan keluarga
Apakah ada keluarga yang menderita penyakit ini sebelumnya.
b. Persepsi dan Penanganan Kesehatan
•Tanyakan kepada klien tentang gambaran kesehatannya secara umum saat ini.
•Tanyakan alasan kunjungan klien dan harapan klien terhadap penyakitnya.
•Tanyakan gambaran terhadap sakit yang dirasakan klien, penyebabnya, dan
penanganan yang dilakukan.
•Tanyakan apa dan bagaimana tindakan yang dilakukan klien dalam menjaga
kesehatannya.
•Tanyakan kepada klien apakah klien pernah menggunakan obat resep dokter
dan warung.
•Tanyakan kepada klien apakah klien seorang perokok, alkoholik, atau
mengonsumsi tembakau.
•Tanyakan kepada klien tentang riwayat kesehatan keluarganya. Apakah ada
anggota keluarga yang pernah menderita penyakit yang sama.
c. Nutrisi-Metabolik
•Tanyakan pada klien tentang gambaran yang biasa dimakan dan frekuensi
makannya.
•Tanyakan apakah klien mempunyai riwayat alergi.
•Tanyakan bagaiamana proses penyembuhan luka pada klien (cepat-lambat).
d. Eliminasi
•Tanyakan kepada klien bagaimana kebiasaan defekasi dan eliminasinya.
Aktivitas-Latihan
•Tanyakan bagaimana klien melakukan aktivitasnya sehari-hari, seperti: mandi,
berpakaian, eliminasi, mobilisasi ditempat tidur, merapikan rumah, ambulasi,
dan makan, apakah mandiri atau dibantu orang lain.
f. Tidur-Istirahat
•Tanyakan waktu, frekuensi dan kualitas tidur klien.
g. Kognitif-Persepsi
•Kaji status mental dan bicara klien.
•Tanyakan apakah ada kesulitan dalam mendengar dan melihat.
h. Peran-Hubungan
•Tanyakan bagaimana status pekerjaan klien.
•Tanyakan bagaimana hubungan klien dengan keluarga dan orang disekitarnya.
•Tanyakan bagaimana status pernikahan klien.
i. Seksualitas-Reproduksi
•Tanyakan bagaimana hubungan seksualitas klien.
•Kaji apakah klien telah menopause.
j. Koping-Toleransi Stress
•Tanyakan apakah klien pernah mengalami perubahan besar dimasa lalunya
dan bagaimana cara klien menghadapinya.
k. Nilai-Kepercayaan
•Tanyakan agama klien dan bagaimana pengaruh agama pada kehidupan klien
sehari-hari.


Diagnosa Keperawatan Yang Mungkin Terjadi


Perubahan persepsi sensori melihat berhubungan dengan efek dari lepasnya saraf sensori dari retina.
Tujuan:
Tidak terjadi kehilangan penglihatan yang berlanjut.
Kriteria:
Klien memahami pentingnya perawatan yang intensif / bedrest total.
Klien mampu menjelaskan rresiko yang akan terjadi sehubungan dengan penyakitnya.
Intervensi:
Ajarkan klien untuk bedrest total. Rasional : agar lapisan saraf yang terlepas tidak bertambah parah.
Berikan penjelasan tujuan bedrest total. Rasional: agar klien mematuhi dan mengerti maksud perlakuan bedrest total.
Hindari pergerakan yang mendadak, menghentakkan kepala, batuk, bersin, muntah. Rasional : mencegah bertambah parahnya lapisan saraf retina yang terlepas.
Jaga kebersihan mata. Rasional: mencegah terjadinya infeksi.
Berikan obat tetes mata midriatik-sikloplegik dan obat oral sesuai anjuran dokter. Rasional: dengan pemberian obat-obatan diharapkan kondisi penglihatan dapat dipertahankan / tidak tertambah parah.

Ansietas yang berhubungan dengan ancaman kehilangan penglihatan
Tujuan:
Klien mampu menggambarkan ansietas dan pola kopingnya.
Klien mengerti tentang tujuan perawatan yang diberikan.
Klien memahami tujuan operasi, pelaksanaan operasi, pasca operasi, prognosisnya bila dilakukan operasi.
Intervensi :
Kaji tingkat ansietas klien (ringan, sedang, berat, panik). Rasional: untuk mengetahui sejauh mana tingkat kecemasan klien sehingga memudahkan penanganan / pemberian askep selanjutnya.
Berikan kenyamanan dan ketenteraman hati. Rasional: agar klien tidak terlalu memikirkan penyakitnya.
Berikan penjelasan mengenai prosedur perawatan, perjalanan penyakit dan prognosenya. Rasional: agar klien mengetahui / memahami bahwa ia benar sakit dan perlu dirawat.
Berikan / tempatkan alat pemanggil yang mudah dijangkau oleh klien. Rasional: agar klilen merasa aman dan terlindungi saat memerlukan bantuan.
Gali intervensi yang dapat menurunkan ansietasnya. Rasional: untuk mengetahui cara yang efektif menurunkan / mengurangi ansietas klien.
Berikan aktivitas yang dapat menurunkan kecemasan / ketegangan. Rasional: agar klien dengan senang hati melakukan aktivitas karena sesuai dengan keinginanya dan tidak bertentangan dengan program perawatan.

Resiko terhadap ketidak efektifan penatalaksanaan program terapeutik yang berhubungan dengan ketidak cukupan pengetahuan tentang aktivitas yang diperbolehkan dan yang dibatasi, obat-obatan, komplikasi danperawatan tindak lanjut.
Tujuan :
Klien mampu berintegrasi dengan program terapeutik yang direncanakan / dilakukan untuk pengobatan akibat dari penyakit dan penurunan situasi beresiko (tidak aman, polusi).
Kriteria:
Klien mengungkapkan ansietas berkurang tentang ketakutan karena ketidak tahuan, kehilangan kontrol dan kesalahan persepsi.
Menggambarkan proses penyakit, penyebab dan faktor penunjang pada gejala dan aturan untuk penyakit atau kontrol gejala.
Mengungkapkan maksud / tujuan untuk melakukan perilaku kesehatan yang diperlukan dan keinginan untuk pulih dari penyakit dan pencegahan kekambuhan atau komplikasi.
Intervensi:
Identifikasi faktor-faktor penyebab yang menghalangi penatalaksanaan program terapeutik yang efektif. Rasional: agar diketahui penyebab yang menghalangi sehingga dapat segera diatasi sesuai prioritas.
Bangun rasa percaya diri. Rasional: agar klien mampu melakukan aktifitas sendiri / dengan bantuan orang lain tanpa mengganggu program perawatan.
Tingkatkan rasa percaya diri dan kemampuan diri klien yang positif. Rasional: agar klien mampu dan mau melakukan / melaksanakan program perawatan yang dianjurkan tanpa mengurangi peran sertanya dalam pengobatan / perawatan dirinya.
Jelaskan dan bicarakan : proses penyakit, aturan pengobatan / perawatan, efek samping prognosis penyakitnya. Rasional : agar klien mengerti dan menyadari bahwa penyakitnya memerlukan suatu tindakan dan perlakuan yang tidak menyenagkan.



Daftar Pustaka


C. Smeltzer, Suzanne (2002). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah (Brunner & Suddart) . Edisi 8. Volume 3. EGC. Jakarta
Brooker, Christine. 2001. “Buku Saku Keperawatan Edisi 31”. Jakarta: EGC.
Hazil, Maryadi. 2009. “Askep Ablasio Retina”.
Ilyas, Sidarta. 2009. “Ilmu Penyakit Mata”. Jakarta: FKUI.
Johnson, Marion, dkk. 2000. Nursing Outcomes Classification (NOC). USA
McCloskey, Joanne C and Gloria M.Bulecheck.1996. Nursing Interventions
Classification (NIC). USA
Smeltzer, Suzanne C. 2002. “Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah Brunner dan
Suddarth Edisi 8”. Jakarta: EGC.
Wiley and Blackwell. 2009. Nursing Diagnosis Defenitions and Classification 2009-
2011. USA.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar