gerakan

gerakan
menanam1

Selasa, 12 Juli 2011

Untuk melakukan asuhan persalinan normal (APN) dirumuskan 58 langkah asuhan persalinan normal

1. Mendengar & Melihat
Adanya Tanda Persalinan
Kala Dua.
2. Memastikan
kelengkapan alat
pertolongan persalinan
termasuk mematahkan
ampul oksitosin &
memasukan alat suntik
sekali pakai 2½ ml ke
dalam wadah partus set.
3. Memakai celemek
plastik.
4. Memastikan lengan
tidak memakai perhiasan,
mencuci tangan dgn
sabun & air mengalir.
5. Menggunakan sarung
tangan DTT pada tangan
kanan yg akan digunakan
untuk pemeriksaan dalam.
6. Mengambil alat suntik
dengan tangan yang
bersarung tangan, isi
dengan oksitosin dan
letakan kembali kedalam
wadah partus set.
7. Membersihkan vulva
dan perineum dengan
kapas basah yang telah
dibasahi oleh air matang
(DTT), dengan gerakan
vulva ke perineum.
8. Melakukan
pemeriksaan dalam –
pastikan pembukaan
sudah lengkap dan
selaput ketuban sudah
pecah.
9. Mencelupkan tangan
kanan yang bersarung
tangan ke dalam larutan
klorin 0,5%, membuka
sarung tangan dalam
keadaan terbalik dan
merendamnya dalam
larutan klorin 0,5%.
10. Memeriksa denyut
jantung janin setelah
kontraksi uterus selesai –
pastikan DJJ dalam batas
normal (120 – 160 x/
menit).
11. Memberi tahu ibu
pembukaan sudah
lengkap dan keadaan
janin baik, meminta ibu
untuk meneran saat ada
his apabila ibu sudah
merasa ingin meneran.
12. Meminta bantuan
keluarga untuk
menyiapkan posisi ibu
untuk meneran (Pada saat
ada his, bantu ibu dalam
posisi setengah duduk dan
pastikan ia merasa
nyaman.
13. Melakukan pimpinan
meneran saat ibu
mempunyai dorongan
yang kuat untuk meneran.
14. Menganjurkan ibu
untuk berjalan,
berjongkok atau
mengambil posisi nyaman,
jika ibu belum merasa ada
dorongan untuk meneran
dalam 60 menit.
15. Meletakan handuk
bersih (untuk
mengeringkan bayi) di
perut ibu, jika kepala bayi
telah membuka vulva
dengan diameter 5 – 6
cm.
16. Meletakan kain bersih
yang dilipat 1/3 bagian
bawah bokong ibu
17. Membuka tutup
partus set dan
memperhatikan kembali
kelengkapan alat dan
bahan
18. Memakai sarung
tangan DTT pada kedua
tangan.
19. Saat kepala janin
terlihat pada vulva dengan
diameter 5 – 6 cm,
memasang handuk bersih
pada perut ibu untuk
mengeringkan bayi jika
telah lahir dan kain kering
dan bersih yang dilipat 1/3
bagian dibawah bokong
ibu. Setelah itu kita
melakukan perasat stenan
(perasat untuk melindungi
perineum dngan satu
tangan, dibawah kain
bersih dan kering, ibu jari
pada salah satu sisi
perineum dan 4 jari
tangan pada sisi yang lain
dan tangan yang lain pada
belakang kepala bayi.
Tahan belakang kepala
bayi agar posisi kepala
tetap fleksi pada saat
keluar secara bertahap
melewati introitus dan
perineum).
20. Setelah kepala keluar
menyeka mulut dan
hidung bayi dengan kasa
steril kemudian
memeriksa adanya lilitan
tali pusat pada leher janin
21. Menunggu hingga
kepala janin selesai
melakukan putaran paksi
luar secara spontan.
22. Setelah kepala
melakukan putaran paksi
luar, pegang secara
biparental. Menganjurkan
kepada ibu untuk
meneran saat kontraksi.
Dengan lembut gerakan
kepala kearah bawah dan
distal hingga bahu depan
muncul dibawah arkus
pubis dan kemudian
gerakan arah atas dan
distal untuk melahirkan
bahu belakang.
23. Setelah bahu lahir,
geser tangan bawah
kearah perineum ibu
untuk menyanggah
kepala, lengan dan siku
sebelah bawah. Gunakan
tangan atas untuk
menelusuri dan
memegang tangan dan
siku sebelah atas.
24. Setelah badan dan
lengan lahir, tangan kiri
menyusuri punggung
kearah bokong dan
tungkai bawah janin untuk
memegang tungkai bawah
(selipkan ari telinjuk
tangan kiri diantara kedua
lutut janin)
25. Melakukan penilaian
selintas :
a. Apakah bayi menangis
kuat dan atau bernapas
tanpa kesulitan?
b. Apakah bayi bergerak
aktif ?
26. Mengeringkan tubuh
bayi mulai dari muka,
kepala dan bagian tubuh
lainnya kecuali bagian
tangan tanpa
membersihkan verniks.
Ganti handuk basah
dengan handuk/kain yang
kering. Membiarkan bayi
atas perut ibu.
27. Memeriksa kembali
uterus untuk memastikan
tidak ada lagi bayi dalam
uterus.
28. Memberitahu ibu
bahwa ia akan disuntik
oksitasin agar uterus
berkontraksi baik.
29. Dalam waktu 1 menit
setelah bayi lahir, suntikan
oksitosin 10 unit IM
(intramaskuler) di 1/3
paha atas bagian distal
lateral (lakukan aspirasi
sebelum menyuntikan
oksitosin).
30. Setelah 2 menit pasca
persalinan, jepit tali pusat
dengan klem kira-kira 3
cm dari pusat bayi.
Mendorong isi tali pusat
ke arah distal (ibu) dan
jepit kembali tali pusat
pada 2 cm distal dari klem
pertama.
31. Dengan satu tangan.
Pegang tali pusat yang
telah dijepit (lindungi
perut bayi), dan lakukan
pengguntingan tali pusat
diantara 2 klem tersebut.
32. Mengikat tali pusat
dengan benang DTT atau
steril pada satu sisi
kemudian melingkarkan
kembali benang tersebut
dan mengikatnya dengan
simpul kunci pada sisi
lainnya.
33. Menyelimuti ibu dan
bayi dengan kain hangat
dan memasang topi di
kepala bayi.
34. Memindahkan klem
pada tali pusat hingga
berjarak 5 -10 cm dari
vulva
35. Meletakan satu tangan
diatas kain pada perut ibu,
di tepi atas simfisis, untuk
mendeteksi. Tangan lain
menegangkan tali pusat.
36. Setelah uterus
berkontraksi,
menegangkan tali pusat
dengan tangan kanan,
sementara tangan kiri
menekan uterus dengan
hati-hati kearah
doroskrainal. Jika plasenta
tidak lahir setelah 30 – 40
detik, hentikan
penegangan tali pusat dan
menunggu hingga timbul
kontraksi berikutnya dan
mengulangi prosedur.
37. melakukan
penegangan dan
dorongan dorsokranial
hingga plasenta terlepas,
minta ibu meneran sambil
penolong menarik tali
pusat dengan arah sejajar
lantai dan kemudian
kearah atas, mengikuti
poros jalan lahir (tetap
lakukan tekanan dorso-
kranial).
38. Setelah plasenta
tampak pada vulva,
teruskan melahirkan
plasenta dengan hati-hati.
Bila perlu (terasa ada
tahanan), pegang plasenta
dengan kedua tangan dan
lakukan putaran searah
untuk membantu
pengeluaran plasenta dan
mencegah robeknya
selaput ketuban.
39. Segera setelah
plasenta lahir, melakukan
masase pada fundus uteri
dengan menggosok
fundus uteri secara
sirkuler menggunakan
bagian palmar 4 jari
tangan kiri hingga
kontraksi uterus baik
(fundus teraba keras)
40. Periksa bagian
maternal dan bagian fetal
plasenta dengan tangan
kanan untuk memastikan
bahwa seluruh kotiledon
dan selaput ketuban
sudah lahir lengkap, dan
masukan kedalam
kantong plastik yang
tersedia.
41. Evaluasi kemungkinan
laserasi pada vagina dan
perineum. Melakukan
penjahitan bila laserasi
menyebabkan
perdarahan.
42. Memastikan uterus
berkontraksi dengan baik
dan tidak terjadi
perdarahan pervaginam.
43. Membiarkan bayi
tetap melakukan kontak
kulit ke kulit di dada ibu
paling sedikit 1 jam.
44. Setelah satu jam,
lakukan penimbangan/
pengukuran bayi, beri
tetes mata antibiotik
profilaksis, dan vitamin K1
1 mg intramaskuler di
paha kiri anterolateral.
45. Setelah satu jam
pemberian vitamin K1
berikan suntikan imunisasi
Hepatitis B di paha kanan
anterolateral.
46. Melanjutkan
pemantauan kontraksi
dan mencegah
perdarahan pervaginam.
47. Mengajarkan ibu/
keluarga cara melakukan
masase uterus dan menilai
kontraksi.
48. Evaluasi dan estimasi
jumlah kehilangan darah.
49. Memeriksakan nadi
ibu dan keadaan kandung
kemih setiap 15 menit
selama 1 jam pertama
pasca persalinan dan
setiap 30 menit selama
jam kedua pasca
persalinan.
50. Memeriksa kembali
bayi untuk memastikan
bahwa bayi bernafas
dengan baik.
51. Menempatkan semua
peralatan bekas pakai
dalam larutan klorin 0,5%
untuk dekontaminasi (10
menit). Cuci dan bilas
peralatan setelah di
dekontaminasi.
52. Buang bahan-bahan
yang terkontaminasi ke
tempat sampah yang
sesuai.
53. Membersihkan ibu
dengan menggunakan air
DDT. Membersihkan sisa
cairan ketuban, lendir dan
darah. Bantu ibu memakai
memakai pakaian bersih
dan kering.
54. Memastikan ibu
merasa nyaman dan
beritahu keluarga untuk
membantu apabila ibu
ingin minum.
55. Dekontaminasi tempat
persalinan dengan larutan
klorin 0,5%.
56. Membersihkan sarung
tangan di dalam larutan
klorin 0,5% melepaskan
sarung tangan dalam
keadaan terbalik dan
merendamnya dalam
larutan klorin 0,5%
57. Mencuci tangan
dengan sabun dan air
mengalir.
58. Melengkapi partograf.
Sumber :
Jaringan Nasional
Pelatihan Klinik Kesehatan
Reproduksi (JNPK-KR).
Buku Acuan Asuhan
Persalinan Normal.
Jakarta : JNPK-KR,
Maternal & Neonatal
Care, Departemen
Kesehatan Republik
Indonesia. 2002

Tidak ada komentar:

Posting Komentar