gerakan

gerakan
menanam1

Selasa, 17 Januari 2012

ASKEP PARKINSON

DEFINISI

Penyakit Parkinson adalah:
penyakit saraf progresif
yang berdampak terhadap respon mesenfalon dan
pergerakan regulasi.

Penyakit ini ini bersifat
lambat yang menyerang
usia pertengahan atau
lanjut, dengan onset pada umur 50 sampai
60an.Tidak ditemukan
sebab genetik yang jelas
dan tidak ada pengobatan yang dapat
menyembuhkannya.

Penyakit Parkinson adalah penyakit neurodegeneratif
progresif yang berkaitan
erat dengan usia. Penyakit ini mempunyai
karakteristik terjadinya
degenerasi dari neuron
dopaminergik pas
substansia nigra pars
kompakta, ditambah
dengan adanya inklusi
intraplasma yang terdiri
dari protein yang disebut
dengan Lewy Bodies.
Neurodegeneratif pada
parkinson juga terjadi paDa daerah otak lain termasuk
lokus ceruleus, raphe
nuklei, nukleus basalis
Meynert, hipothalamus,
korteks cerebri, motor
nukelus

ETIOLOGI

Parkinson disebabkan oleh rusaknya sel-sel otak,
tepatnya di substansi
nigra. Suatu kelompok sel yang mengatur gerakan- gerakan yang tidak dikehendaki (involuntary).
Akibatnya, penderita tidak bisa mengatur/menahan
gerakan-gerakan yang
tidak disadarinya.
Mekanis-me bagaimana
kerusakan itu belum jelas benar.
Penyakit Parkinson sering dihubungkan dengan kelainan neurotransmitter
di otak
faktor-faktor
lainnya seperti :

1. Defisiensi dopamine
dalam substansia nigra di otak memberikan respon gejala penyakit Parkinson,
2. Etiologi yang
mendasarinya mungkin
berhubungan dengan
virus, genetik, toksisitas,
atau penyebab lain yang
tidak diketahui.

PATOFISIOLOGI

Dua hipotesis yang
disebut juga sebagai
mekanisme degenerasi
neuronal ada penyakit
Parkinson ialah: hipotesis
radikal bebas dan
hipotesis neurotoksin.

1.Hipotesis Radikal Bebas

Diduga bahwa oksidasi
enzimatik dari dopamine
dapat merusak neuron
nigrotriatal, karena proses ini menghasilkan
hidrogren peroksid dan
radikal oksi lainnya.
Walaupun ada mekanisme
pelindung untuk
mencegah kerusakan dari stress oksidatif, namun
pada usia lanjut mungkin mekanisme ini gagal.

2.Hipotesis Neurotoksin

Diduga satu atau lebih
macam zat neurotoksik
berpera pada proses
neurodegenerasi pada
Parkinson.
Pandangan saat ini
menekankan pentingnya
ganglia basal dalam
menyusun rencana
neurofisiologi yang
dibutuhkan dalam
melakukan gerakan, dan
bagian yang diperankan
oleh serebelum ialah
mengevaluasi informasi
yang didapat sebagai
umpan balik mengenai
pelaksanaan gerakan.
Ganglia basal tugas
primernya adalah
mengumpulkan program
untuk gerakan, sedangkan
serebelum memonitor dan melakukan pembetulan
kesalahan yang terjadi
seaktu program gerakan
diimplementasikan. Salah satu gambaran dari gangguan ekstrapiramidal
adalah gerakan involunter.

TANDA DAN GEJALA

Penyakit Parkinson
memiliki gejala klinis
sebagai berikut:

1.Bradikinesia
(pergerakan
lambat), hilang secara
spontan.
2.Tremor yang menetap.
3.Tindakan dan
pergerakan yang tidak
terkontrol,
4.Gangguan saraf otonom
(sulit tidur, berkeringat,
hipotensi ortostatik,
5.Depresi, demensia,
6.Wajah seperti topeng.

PEMERIKSAAN
DIAGNOSTIK

Diagnosis berdasarkan
anamnesis, pemeriksaan
fisik dan pemeriksaan
penunjang. Pada setiap
kunjungan penderita :

1.Tekanan darah diukur
dalam keadaan berbaring dan berdiri, hal ini untuk
mendeteksi hipotensi
ortostatik.

2.Menilai respons
terhadap stress ringan,
misalnya berdiri dengan
tangan diekstensikan,
menghitung surut dari
angka seratus, bila masih ada tremor dan rigiditas yang sangat, berarti belum berespon terhadap medikasi.

3.Mencatat dan mengikuti
kemampuan fungsional,
disini penderita disuruh
menulis kalimat
sederhana dan
menggambarkan
lingkaran-lingkaran
konsentris dengan tangan kanan dan kiri diatas kertas, kertas ini disimpan untuk perbandingan
waktu follow up
berikutnya.
EEG (biasanya terjadi
perlambatan yang
progresif)
-CT Scan kepala (biasanya
terjadi atropi kortikal
difus, sulki melebar,
hidrosefalua eks vakuo)

KOMPLIKASI

Komplikasi terbanyak dan tersering dari penyakit Parkinson yaitu demensia, aspirasi, dan trauma
karena jatuh.

PENATALAKSANAAN

Penatalaksanaan medis
dapat dilakukan dengan
medikamentosa seperti:

1.Antikolinergik untuk
mengurangi transmisi
kolinergik yang berlebihan
ketika kekurangan
dopamin.

2.Levodopa, merupakan
prekursor dopamine,
dikombinasi dengan
karbidopa, inhibitor
dekarboksilat, untuk
membantu pengurangan
L-dopa di dalam darah
dan memperbaiki otak.

3.Bromokiptin, agonis
dopamine yang
mengaktifkan respons
dopamine di dalam otak.

4.Amantidin yang dapat
meningkatkan pecahan
dopamine di dalam otak.
Menggunakan
monoamine oksidase
inhibitor seperti deprenil
untuk menunda serangan ketidakmampuan dan
kebutuhan terapi
levodopa.

ASUHAN KEPERAWATAN

PENGKAJIAN

1.Kaji saraf kranial, fungsi serebral (koordinasi) dan
fungsi motorik.

2.Observasi gaya berjalan
dan saat melakukan
aktivitas.

3.Kaji riwayat gejala dan
efeknya terhadap fungsi
tubuh.

4.Kaji kejelasan dan
kecepatan bicara.

5.Kaji tanda depresi.

DIAGNOSA

1.Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan kekakuan dan kelemahan otot.
2.Defisit parawatan diri
berhubungan dengan
kelemahan
neuromuskular,menurunya kekuatan,kehilangan kontrol otot/koordinasi.
3.Gangguan komunikasi
verbal yang berhubungan
dengan penurunan
kemampuan bicara dan
kekakuan otot wajah

INTERVENSI

I. Diagnosis dan Intervensi
Keperawatan.

1. Hambatan mobilitas
fisik berhubungan dengan kekakuan dan kelemahan otot.

Tujuan : dalam waktu 2 x 24 jam klien mampu
melakukan aktivitas fisik
sesuai dengan
kemampuannya.
Kriteria : klien dapat ikut
srta dalam program
latihan, tidak terjadi
kontraktur sendi,bertambahnya
kekuatan otot dan klien
menunjukkan tidakan
untuk meninktkan
mobilitas.

Intervensi
1. kaji mobilitas yang ada dan observasi terhadap peningkatan kerusakan
2. lakukan program
latihan meningkatkan
kekuatan otot.
3. anjurkan mandi hangan dan masase otot
4. bantu klien melakukan
latihan ROM,perawatan
diri sesuai toleransi
5. kolaborasi ahli
fisioterapi untuk latihan
fisik.

2. Defisit parawatan diri
berhubungan dengan
kelemahan
neuromuskular,menurunya kekuatan,kehilangan
kontrol otot/koordinasi.

Tujuan : dalam waktu 2 x 24 jam keperawatan diri klien terpenuhi

Kriteria : klien dapat
menunjukkan perubahan hidup untuk kebutuhan merawat diri, klien mampu melakukan
aktivitas perawatan diri
sesuai dengan tingkat
kemampuan ,dan
mengidentifikasi personal/ masyarakat yang dapat membantu.

Intervensi
1. kaji kemampuan dan
tingkat penurunan dan
skala 0 – 4 untuk
melakukan ADL
2. hindari apa yang tidak
dapat dilakukan klien dan bantu bila perlu.
3. kolaborasi pemberian
pencahar dan konsul ke
dokter terapi okepasi
4. ajarkan dan dukung
klien selama klien aktifitas
5. modifikasi lingkungan
6. harga didri yang negatif.

3. Gangguan komunikasi
verbal yang berhubungan dengan penurunan kemampuan bicara dan kekakuan otot wajah ditandai dengan :
DS: klien/keluarga
mengatakan adanya
kesulitan dalam berbicara
DO: kata-kata sulit
dipahami, pelo, wajah
kaku.

Intervensi:
Tujuan: memaksimalkan
kemampuan
berkomunikasi.
• Jaga komplikasi
pengobatan.
• Rujuk ke terapi wicara.
• Ajarkan klien latihan
wajah dan menggunakan
metoda bernafas untuk
memperbaiki kata-kata,
volume, dan intonasi.
•Nafas dalam sebelum
berbicara untuk
meningkatkan volume
suara dan jumlah kata
dalam kalimat setiap
bernafas.
•Latih berbicara dalam
kalimat pendek, membaca
keras di depan kaca atau ke dalam perekam suara (tape recorder) untuk
memonitor kemajuan.

DAFTAR PUSTAKA

http // :www.askep
Parkinson blogspot.com
Doengoes, Marylin,1999.
Rencana Asuhan
Keperawatan, EGC,
Jakarta.

Elizabeth, J.Corwin. 2001.
Buku Saku Patofisiologi.
Cetakan I. Penerbit : EGC, Jakarta.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar