gerakan

gerakan
menanam1

Kamis, 23 Februari 2012

Mengintip Keraton Sumenep

Menurut WIKI:
Sumenep (bahasa MaduraSongènèb) adalah sebuah kabupaten di provinsi Jawa Timur, Indonesia. Kabupaten ini memiliki luas wilayah 2.093,45 km² dan populasi ±1 juta jiwa. Ibu kotanya ialah Kota Sumenep. Kabupaten Sumenep pada masa kolonial dikuasai oleh keluarga Kadipaten Madura, yaitu keluarga Cakraningrat. Kabupaten ini terletak di ujung timur Pulau Madura. Kabupaten Sumenep selain terdiri wilayah daratan juga terdiri dari berbagai pulau di Laut Jawa, yang keseluruhannya berjumlah 126 pulau. Pulau yang paling utara adalah Pulau Karamian dalam gugusan Kepulauan Masalembu dan pulau yang paling timur adalah Pulau Sakala. Batas-batas kabpuaten ini adalah sebagai berikut. Sebelah selatan berbatasan dengan Selat Madura, sebelah utara berbatasan dengan Laut Jawa, aebelah barat berbatasan dengan Kabupaten Pamekasan, dan sebelah timur berbatasan dengan Laut Jawa/Laut Flores. Kabupaten ini memiliki 27 kecamatan, baik di daratan Pulau Madura maupun di gugus kepulauan.
Di sekitar Keraton banyak Musium yang berisi barang-barang bersejarah peninggalan jaman kerajaan Sumenep lampau. Tepat berada di depan keraton ada sebuah gedung tempat rombongan lapor ke penjaga musium sekaligus membayar iuran seribu rupiah. Di dalam gedung ini tersimpan banyak sekali barang yang penuh sekali dengan cerita di masanya.
Baru masuk saja, kita sudah disambut oleh sebuah Al-Qur’an raksasa dengan ayat-ayat sucinya yang tertempel indah. Di samping Al-Qur’an ini ada salah satu kereta kencana yang digunakan Keraton Sumenep merupakan hadiah dari Kerajaan Inggris di masa Pemerintahan Sultan Abdurrachman (th. 1812-1854 M).
diruangan ini juga tertempel foto raja-raja Sumenep dari masa ke masa. Bahkan Daftar nama raja-raja Sumenep tertulis mulai dari raja pertama sperti Aria Banjak Wide, Ario Bangah, Ario Danurwendo, Ario Asrapati, Panembahan Djokarsari. Itulah 5 nama Raja/Gelar Radja/Bupati Pertama Sumenep.
Seperangkat sarana pengadilan yang dipergunakan pada saat berlangsung pengadilan di Keraton Sumenep pada pemerintahan R.Ayu Tumenggung Tirtonegoro pada tahun 1750-1762 M. Koleksi yang dipamerkan Kursi Pengadilan (tempat duduk raja ketika mengadili), Rotan bundar (tempat terdakwa), dan Kotak segi empat (tempat berkas/surat).
Sebuah Jambangan yang berasal dari Thailand sekitar abad XVII M. Jambangan ini dihiasi motif binatang dan tumbuhan, berwarna kuning dibawah glasir cokelat. Pada saat jaman kerajaan berfungsi sebagai wadah air atau tanaman hias.
Tak ketinggalan Lampu Duduk yang dibuat dari logam, dihiasi motif sulur-suluran dengan teknik kerawangan dan manusia sedang duduk bola.
Beralih ke ruangan lain, kerangka ikan puas yang mempunyai panjang 13 m tinggi 1.75 m dan berat 4 ton tersimpan di salah satu bagian musium ini. Paus ini terdampar di desa Kertasada Kecamatan Kalianget pada tahun 1977
Beberapa alas kaki yang bernama Gamparan Tonggulan berada di balik kaca. Alas kaki ini pada umumnya dibuat dari kayu bentaos. Gamparan ini termasuk sederhana, cara menggunakannya dengan menjepit antara ibu jari kaki dan jari pertama. Ada pula beberapa gambaran yang dihiasi dengan ukiran. Dalam perkembangannya peran gamparan ini terdesak olah jenis sandal yang lebih praktis dan ringan.
Fosil tulang tangan ikan duyung, pakaian raja dan putri keraton Sumenep, miniatur perahu Madura juga tersimpan rapi dalam salah satu ruangan musium.
Keraton Sumenep menurut http://disbudparpora.sumenep.go.id:
Keraton Sumenep terletak di tengah-tengah kota yang dibangun pada masa pemerintahan Panembahan Sumolo I tahun 1762. Bangunan keraton ini mempunyai corak budaya Islam, Cina dan Eropa. Di dalam keraton terletak peninggalan-peninggalan bersejarah seperti Pendopo Agung, kantor KOneng, dan bekas Keraton Raden Ayu Tirto Negoro yang saat ini dijadikan tempat penyimpanan benda-benda kuno. Pendopo Agung sampai saat ini masih dipakai sebagai tempat diadakannya acara-acara kabupaten seperti penyambutan tamu Negara, serah terima jabatan pemerintahan dan acara kenegaraan lainnya.
Sedangkan kantor Koneng yang ebrarti kantor raja dahulu adalah ruang kerja Sultan Abdurrachman Pakunataningrat I selama masa pemerintahannya tahun 1811 sampai 1844 Masehi. Selain ketiga ruangan tersebut di kompleks keraton terdapat Taman Sare, yaitu tempat pemandian putri raja yang masih terlihat asri dan indah sampai sekarang. Bagian lain dari keratin Sumenep adalah pintu gerbang Labang Mesem, yang artinya pintu/ gerbang tersenyum yang melambangkan keramahtamahan masyarakat Sumenep terhadap setiap orang yang datang ke keraton.
Museum terbagi menjadi tiga bagian yang terletak di depan/luar keraton dan di dalam keraton. Bagian pertama, di luar keraton, adalah tempat menyimpan kereta kuda/ kencana kerajaan Sumenep dan kereta kuda pemberian ratu Inggris, yang sampai sekarang masih dapat dipergunakan dan dikeluarkan pada saat upacara peringatan hari jadi kota Sumenep.
Bagian kedua dan ketiga terdapat di dalam keraton Sumenep, yang di dalamnya menyimpan alat-alat untuk upacara mitoni atau upacara tujuh bulan kehamilan keluarga raja, senjata-senjata kuno berupa keris, clurit, pistol pedang bahkan semacam samurai dan baju besi untuk perang, al-Qur’an yang ditulis oleh Sulta Abdurrachman, guci dan keramik dari Tiongkok/ Cina yang menggambarkan bahwa pada saat itu terjalin hubungan yang erat antara kerajaan Sumenep dan kerajaan Cina, patung-patung/ arca, baju kebesaran Raja/Sultan, sampai tulang/fosil ikan paus yang terdampar di pantai Sumenep pada tahun 1977.
Museum ketiga disebut juga museum Bindara Saod karena pada zamannya tempat itu adalah tempat Bindara Saod menyepi, maka disebut juga dengan Rumah penyepian Bindara Saod. Terdiri lima bagian yaitu teras rumah, kamar depan bagian timur, kamar depan bagian barat, kamar belakang bagian timur dan bagian barat.
Baik Museum, Museum Kantor Koneng dan Museum Bindara Saod, ramai dikunjungi, baik itu wisatawan lokal, maupun mancanegara tiap tahunnya. Adapun tarif biaya masuk keraton cukup murah yaitu Rp. 5000,- per orang sudah dapat menikmati koleksi sejarah keraton Sumenep.
Disamping keraton ada sebuah kolam yang bernama Taman Sare. Konon menurut pendapat masyarakat setempat, apabila kita membasuh muka dengan air kolam ini niscaya kita akan awet muda. Kolam ini berisi air tawar beserta aneka ikan-ikan yang seolah bahagia berada di dalam satu bagian dalam Keraton. Di antara keraton dan kolam taman Sare juga tumbuh sebatang pohon beringin besar dan sangat tua. Beringin ini merupakan salah satu saksi sejarah perkembangan Kerajaan Sumenep dari tahun ke tahun melihat umurnya yang diperkirakan ratusan tahun.
 sumber : http://tentangmadura.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar